
Kejahatan Besar Yang di Lakukan PKC Untuk Revolusi RRC
October 17, 2022
Kejahatan Besar Yang di Lakukan PKC Untuk Revolusi RRC
PKC [Partai Komunis China] telah memimpin Negeri Tirai Bambu sejak memenangkan perang sipil pada Tahun 1949.
Kemenangan PKC merupakan titik awal dari pembentukan Republik Rakyat China (RRC).
Namun, di bawah kekuasaan komunis, pemerintah China banyak melakukan berbagai kejahatan yang memusnahkan ribuan orang.
Inilah Daftar Kejahatan Yang Telah PKC Lakukan Sejak Ia Berkuasa di Atas China :
Kelaparan Panjang Yang Melanda Akibat Kampanye Lompatan Jauh ke Depan
Kampanye Lompatan Jauh ke Depan (Great Leap Forward) merupakan kampanye industrialisasi yang berlangsung sejak tahun 1958 sampai 1960.
Kampanye ini dilakukan di bawah kepemimpinan pemimpin China Mao Zedong.
China berupaya mengadaptasi model industrialisasi Uni Soviet, mengubah produk agrikultur menjadi mesin berat. Namun, upaya tersebut tak berhasil, Kegagalan kampanye ini terjadi karena partai komunis mengambil keputusan secara terpusat dan lebih mementingkan kepentingan ideologi ketimbang keahlian.
Program ini lalu dilaksanakan secara tergesa-gesa, Banyak kader yang semangat melelehkan barang-barang mereka demi mendapatkan besi.
Pengaturan partai komunis yang tidak efisien dan perubahan besar-besaran dari pertanian ke industri skala kecil berdampak pada agrikultur China, Pada akhirnya, sekitar 20 juta orang meninggal dunia karena kelaparan pada tahun 1959 sampai 1962.
Melihat bencana tersebut, pemerintah lalu mengembalikan perekonomian ke jalur pertanian pada awal tahun 1960. Pemerintah mengembalikan kembali kavling dan alat pertanian dan menekankan kembali keahlian.
Revolusi Budaya Menjadi Pembunuhan Massal
Selain memerintahkan program Lompatan Jauh ke Depan, Mao Zedong juga menerapkan program Revolusi Budaya.
Berdasarkan artikel History, Revolusi Budaya dimulai pada tahun 1966, kala Mao berusaha memperkuat cengkeramannya atas China.
Mao mendesak pemuda China untuk “membersihkan” elemen komunitas China dan mengembalikan semangat revolusi yang telah memenangkan perang sipil berpuluh-puluh tahun lalu.
Pada awal Revolusi Budaya, Mao menutup sekolah negara dan mengarahkan mobilisasi pemuda agar mereka mempelajari nilai borjuis dan kurangnya semangat revolusioner.
Beberapa bulan setelahnya, gerakan itu berkembang cepat tetapi membawa malapetaka.
Para pemuda membentuk kelompok paramiliter yang dikenal Pasukan Merah.
Pasukan Merah kemudian menyerang dan menyiksa kaum lansia dan intelektual China.
Penduduk China dipaksa melepaskan diri dari “Empat Tua,” yakni tradisi lama, budaya lama, kebiasaan lama, dan ide lama, Akibat Revolusi Kultural ini, sekitar 1,5 juta orang terbunuh, Jutaan lainnya dipenjara, diambil propertinya secara paksa, disiksa, dan dipermalukan.
Provinsi Guangxi dinilai menjadi daerah yang paling terdampak, dengan muncul laporan pembunuhan massal dan kanibalisme, Daerah Mongolia Dalam juga turut menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak terparah.
Pihak berwenang kala itu dilaporkan meluncurkan kampanye penyiksaan terhadap terduga separatis.
Bahkan, populasi kucing China turut menjadi sasaran kesadisan pemerintah, mengingat Pasukan Merah didoktrin untuk menghapuskan simbol “kemunduran borjuis.”
Berjalan di jalanan ibu kota pada akhir Agustus tahun [1966], masyarakat melihat kucing mati tergeletak di pinggir jalan dengan kaki depan terikat,” kata Frank Dikotter, penulis buku tentang Revolusi Kultural China.
Revolusi Budaya resmi berakhir usai Mao meninggal dunia pada 9 September Tahun 1976.
Pembantaian Pemberontakan Tibet
PKC menduduki negara Tibet setelah menginvasi daerah pada Oktober 1950, Pemerintah Tibet kemudian kalah dari tekanan China, menandatangani perjanjian yang memastikan pemimpin spiritual Tibet, yakni Dalai Lama, masih memiliki kewenangan mereka.
Namun, pemberontak pecah di Tibet pada Desember tahun 1958, Kala itu pemberontak memenuh Lhasa, ibu kota Tibet. Komando militer China kemudian merespons ini dengan mengancam mengebom satu kota.
Pada Maret tahun 1959, kerusuhan kembali terjadi di Lhasa, Kerusuhan ini disebabkan karena masyarakat takut akan upaya penculikan Dalai Lama dan membawanya ke Beijing, Upaya tersebut tercium usai pejabat militer China meminta Dalai Lama berkunjung ke markas militer untuk menonton teater dan minum teh.
Namun, Dalai Lama harus datang sendiri, tanpa ditemani penjaganya.
Pada 10 Maret, sebanyak 300 ribu warga Tibet memenuhi Istana Norbulingka, yang kala itu adalah tempat tinggal Dalai Lama, untuk mencegah pemimpin Tibet tersebut menyetujui tawaran PKC.
Pada 17 Maret, China menyerang istana tersebut dan membuat Dalai Lama mengungsi ke India.
Bentrok pecah di Lhasa, tetapi kubu Tibe kalah karena kekurangan orang dan senjata.
Pada 21 Maret, China mulai menyerang Norbulingka, membunuh puluhan ribu pria, wanita, dan anak-anak yang berada di depan istana tersebut, Militer China juga menindak tegas pemberontakan Tibet, mengeksekusi ajudan Dalai Lama, dan menghancurkan biara-biara utama di Lhasa, Ribuan warga Tibet kemudian mengungsi ke India, mengikuti Dalai Lama.
Kerusuhan di Tiananmen Square Yang Menewaskan 241 orang
Insiden Tiananmen Square, yang juga disebut Insiden 4 Juni, merupakan rangkaian aksi protes di China pada tahun 1989, Demonstrasi memuncak pada 3 sampai 4 Juni, membuat pemerintah menindak tegas pedemo di Tiananmen Square di Beijing, demonstrasi itu disebabkan oleh sentimen reformasi politik dan ekonomi yang meluas di kalangan mahasiswa China.
Titik penting demonstrasi ini adalah kala Hu Yaobang, yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKC pada tahun1980, disuruh mundur dari jabatannya karena mendukung reformasi demokratis.
Hu meninggal dunia pada pertengahan April tahun 1989, dan kemudian dianggap sebagai martir dari kebebasan politik.
Kala pemakaman Hu, ribuan mahasiswa berkumpul di Tiananmen Square untuk menuntut demokrasi dan reformasi lainnya, Namun PKC memilih mengatasi demonstrasi ini dengan tindakan tegas.
Kala tentara mencoba memasuki Tiananmen Square, warga Beijing berkumpul dan menutupi jalanan.
Selain itu, banyak pedemo menempati Tiananmen Square, berdiri di dekat patung yang disebut Dewi Demokrasi.
Melihat kondisi ini, pasukan China dengan tank dan kendaraan lapis baja mereka meluncurkan tembakan atau melindas siapapun yang menghalangi mereka.
Akibat tindakan keras ini, ribuan orang ditahan dan beberapa di antaranya menerima hukuman penjara.
Beberapa lainnya juga dieksekusi.
Berdasarkan data pemerintah, sebanyak 241 orang terbunuh dalam kerusuhan tersebut. Sekitar 7.000 orang terluka.
Namun, banyak orang mengestimasi jumlah kematian jauh lebih besar dalam insiden itu jauh lebih besar.
Penindasan Terhadap Kaum Uighur di Kota Xinjiang
Pada Tahun 2017, pemerintah China telah memenjarakan lebih dari satu juta warga Muslim Uighur sejak tahun 2017.
kaum Uighur juga menjadi sasaran pemantauan ketat, kerja paksa, sterilisasi paksa, dan berbagai pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Tindakan keras China kepada kaum Uighur dilakukan lewat “kamp edukasi vokasi dan pelatihan.
Namun, media internasional dan peneliti menyebut kamp itu sebagai kamp reedukasi atau kamp detensi.
Kebanyakan orang yang dikirim ke kamp reedukasi ini ialah karena menjalankan ibadah di gereja, memiliki lebih dari tiga anak, dan mengirimkan teks terkait ayat Al-Quran.
Bahkan, organisasi hak asasi manusia menyebut kejahatan orang-orang tersebut ialah karena menganut Agama Islam.
Baca Juga : Rusia di Dukung 4 Negara, Tapi di Kecam 143 Negara di PBB
Simak Juga : Situs Daftar Slot Anti Rungkat Mudah Menang Terpercaya 2023
Situs slot online dengan random 100 akun VIP Tiap harinya, Depo pertama di jamin langsung maxwin. Depo dana dan pulsa tanpa potongan. Rekomendasi banget dengan persentase menang tinggi.